"CUKUP INI TERLAMBAT"
Oleh:Nurhasanah
Selama masa perkuliahanku
di Universitas Maritim Raja Ali Haji, banyak sekali pengalaman menarik yang aku
alami. Mulai dari pengalaman manis sampai dengan pengalaman pahit. Suka dan duka
dalam mengikuti perkuliahan tak pernah meruntuhkan semangatku untuk meraih
gelar sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang telah ku idam-idamkan
sejak kecil.
Setiap
mahasiswa pasti pernah mengalami keterlambatan masuk kelas dalam mengikuti perkuliahan,
begitu juga dengan aku. Jarak kampus UMRAH di Senggarang yang cukup jauh dari
kos tempat tinggalku, butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke kampus
tercinta. Bukan hanya jauh, transportasi untuk menuju ke kampus juga begitu
terbatas. Aku sebagai mahasiswa perantau yang tidak memiliki kendaraan bermotor
pribadi, harus menggunakan angkutan umum untuk berangkat ke kampus yaitu bus
UMRAH ataupun pompong tambang.
Pengalaman
yang ingin kuceritakan ini sewaktu aku berada di semester 3. Pada semester ini,
ada mata kuliah yang menakutkan buatku, alasannya karna mata kuliah
ini cukup sulit dan dosennya juga dikenal menyeramkan dalam memberikan nilai
kepada mahasiswa.
Waktu itu
hari Senin, dimana jadwal UTS pukul 08.00
WIB. Aku sudah bangun sejak pukul 05.00 WIB, setelah selesai shalat
subuh aku membaca buku cacatanku yang berisi materi pembelajaran. Karena masih
kelelahan liburan semalam dan kondisi masih ngantuk, tanpa sengaja aku tertidur
lagi. Tiba-tiba dering suara hp membangunkan tidur nyenyakku. Dengan ekspresi
terkejut, aku langsung melihat hp ku yang berbunyi. Ternyata sudah
pukul 08.00 WIB. Waktu yang seharusnya
aku sudah di kelas, tapi aku masih berada di kamar tidurku.
Terkejut, takut,
bingung, dan pasrah semua perasaan bergabung menjadi satu dalam benak. Aku
langsung bergegas BBM temanku Gistina. “Gis,
bapak sudah masuk?” tanyaku. “Sudah ni.”
Jawabnya singkat. Aku semakin panik, bingung mau tetap pergi kuliah
tapi takut dimarah dan malu atau aku tidak hadir dengan alasan pura-pura sakit.
Akhirnya aku
memutuskan untuk tetap masuk karena UTS sangat penting bagiku. Dengan secepat
kilat aku bersiap-siap dan bergegas ke lapangan Pamedan tempat terminal bus.
Alangkah terkejutnya lagi kulihat di sekitar lapangan Pamedan sudah sepi. Ternyata
bus sudah jalan, aku berteriak menghentikan bus sambil berlari sekuat tenaga
mengejar bus. Untung bus berhenti, aku langsung naik bus dengan keringat yang
bercucuran dan muka yang pucat tanpa sarapan.
Singkat
cerita, aku pun sampai di kampus. Aku berlari menuju ke kelas. Setelah sampai
di depan kelas, kulihat sebagian teman-temanku sudah keluar kelas.
Mereka sudah selesai UTS, sementara aku baru tiba di kampus. Semakin buyar
pikiranku. Alasan terlambat apa yang akan aku berikan kepada dosenku. Sementara perjanjian
awal perkuliahan, keterlambatan maksimal 15 menit setelah jam masuk
perkuliahan. Tapi sekarang aku sudah terlambat 1 jam 20 menit. Beliau adalah
dosen yang sangat disiplin dalam waktu dan paling tidak suka mahasiswa
terlambat karena baginya mahasiswa yang terlambat akan mengganggu mahasiswa
lain.
Aku tetap berpegang
teguh dengan niatku untuk mengikuti UTS. Aku masuk ke kelas dengan segenap
keberanian sekaligus kepasrahan sekiranya tidak diperbolehkan mengikuti UTS. Aku melangkahkan kaki menuju
meja dosenku dengan wajah pucat karena takut.
“Maaf, Pak. Saya
terlambat. Bolehkah saya mengikuti UTS? Tanyaku dengan
nada ragu-ragu.
“Boleh... tapi waktu
tinggal 20 menit lagi.” Jawabnya sambil menatap wajahku dengan heran.
“Iya Pak, tidak
apa-apa.” Jawabku dengan penuh keyakinan.
“Ini kertas jawabannya, soalnya
di papan tulis.” Kata Pak dosen sambil memberikan
lembaran jawaban.
“Terima kasih Pak.”
Jawabku lega.
Aku pun
langsung duduk menuju kursi kosong. Beberapa menit kemudian, dosenku bertanya lagi.
“Nurhasanah, kamu sakit
ya?” tanyanya penasaran dan heran
“Iya Pak, saya kurang
enak badan.” Jawabku dengan ekspresi takut.
Aku pun
lanjut menjawab soal UTS dengan konsentrasi penuh. Waktu 20 menit terasa
sebentar sekali bila dihadapkan dengan soal UTS. Meskipun soalan yang
diberikan semua telah dipelajari sebelumnya tapi menjawab soal dalam waktu
sesingkat itu membuatku harus mengarang indah jawaban soalannya dan menguras
seluruh imajinasiku untuk menjawab soal tersebut.
Setelah
waktu habis, semua mengumpulkan jawaban masing-masing, begitu juga denganku meskipun
datang terlambat tetap harus mengumpulkan juga. Aku tak peduli dengan jawabanku
yang seadanya itu, sudah dapat mengikuti UTS saja merupakan anugerah besar bagiku.
Saat aku
hendak keluar kelas, tiba-tiba dosenku memanggilku dan menyuruhku mengemas lembar jawaban
berdasarkan lembar tugas. Aku pun segera melaksanakannya. Beliau menanyakan
tentang keterlambatanku. Sepertinya masih penasaran dengan keterlambatanku. Aku
menjelaskan bahwa kondisiku kurang enak badan, sekali mau berangkat kuliah
motorku rusak dan harus menunggu bus karena ketinggalan bus. Semua alasan yang
kuberikan bohong. Astagfirullah batinku berucap tak sepantasnya aku bohong demi
menutupi keteledoranku. Cukup sekali itu aku terlambat ke kampus sedemikian parah. Hal ini menjadi pelajaran utama buatku untuk tidak
terlambat lagi.
SEKIAN