Minggu, 31 Juli 2016

PENGALAMAN BERSAMA DOSEN

"CUKUP INI TERLAMBAT"
Oleh:Nurhasanah

Selama masa perkuliahanku di Universitas Maritim Raja Ali Haji, banyak sekali pengalaman menarik yang aku alami. Mulai dari pengalaman manis sampai dengan pengalaman pahit. Suka dan duka dalam mengikuti perkuliahan tak pernah meruntuhkan semangatku untuk meraih gelar sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang telah ku idam-idamkan sejak kecil.
Setiap mahasiswa pasti pernah mengalami keterlambatan masuk kelas dalam mengikuti perkuliahan, begitu juga dengan aku. Jarak kampus UMRAH di Senggarang yang cukup jauh dari kos tempat tinggalku, butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke kampus tercinta. Bukan hanya jauh, transportasi untuk menuju ke kampus juga begitu terbatas. Aku sebagai mahasiswa perantau yang tidak memiliki kendaraan bermotor pribadi, harus menggunakan angkutan umum untuk berangkat ke kampus yaitu bus UMRAH ataupun pompong tambang.
Pengalaman yang ingin kuceritakan ini sewaktu aku berada di semester 3. Pada semester ini, ada mata kuliah yang menakutkan buatku, alasannya karna mata kuliah ini cukup sulit dan dosennya juga dikenal menyeramkan dalam memberikan nilai kepada mahasiswa.
Waktu itu hari Senin, dimana jadwal UTS pukul 08.00 WIB. Aku sudah bangun sejak pukul 05.00 WIB, setelah selesai shalat subuh aku membaca buku cacatanku yang berisi materi pembelajaran. Karena masih kelelahan liburan semalam dan kondisi masih ngantuk, tanpa sengaja aku tertidur lagi. Tiba-tiba dering suara hp membangunkan tidur nyenyakku. Dengan ekspresi terkejut, aku langsung melihat hp ku yang berbunyi. Ternyata sudah pukul 08.00 WIB. Waktu yang seharusnya aku sudah di kelas, tapi aku masih berada di kamar tidurku.
Terkejut, takut, bingung, dan pasrah semua perasaan bergabung menjadi satu dalam benak. Aku langsung bergegas BBM temanku Gistina. “Gis, bapak sudah masuk?” tanyaku. “Sudah ni.” Jawabnya singkat. Aku semakin panik, bingung mau tetap pergi kuliah tapi takut dimarah dan malu atau aku tidak hadir dengan alasan pura-pura sakit.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap masuk karena UTS sangat penting bagiku. Dengan secepat kilat aku bersiap-siap dan bergegas ke lapangan Pamedan tempat terminal bus. Alangkah terkejutnya lagi kulihat di sekitar lapangan Pamedan sudah sepi. Ternyata bus sudah jalan, aku berteriak menghentikan bus sambil berlari sekuat tenaga mengejar bus. Untung bus berhenti, aku langsung naik bus dengan keringat yang bercucuran dan muka yang pucat tanpa sarapan.
Singkat cerita, aku pun sampai di kampus. Aku berlari menuju ke kelas. Setelah sampai di depan kelas, kulihat sebagian teman-temanku sudah keluar kelas. Mereka sudah selesai UTS, sementara aku baru tiba di kampus. Semakin buyar pikiranku. Alasan terlambat apa yang akan aku berikan kepada dosenku. Sementara perjanjian awal perkuliahan, keterlambatan maksimal 15 menit setelah jam masuk perkuliahan. Tapi sekarang aku sudah terlambat 1 jam 20 menit. Beliau adalah dosen yang sangat disiplin dalam waktu dan paling tidak suka mahasiswa terlambat karena baginya mahasiswa yang terlambat akan mengganggu mahasiswa lain.
Aku tetap berpegang teguh dengan niatku untuk mengikuti UTS. Aku masuk ke kelas dengan segenap keberanian sekaligus kepasrahan sekiranya tidak diperbolehkan mengikuti UTS. Aku melangkahkan kaki menuju meja dosenku dengan wajah pucat karena takut.
“Maaf, Pak. Saya terlambat. Bolehkah saya mengikuti UTS? Tanyaku dengan nada ragu-ragu.
“Boleh... tapi waktu tinggal 20 menit lagi.” Jawabnya sambil menatap wajahku dengan heran.
“Iya Pak, tidak apa-apa.” Jawabku dengan penuh keyakinan.
“Ini kertas jawabannya, soalnya di papan tulis.” Kata Pak dosen sambil memberikan lembaran jawaban.
“Terima kasih Pak.” Jawabku lega.
Aku pun langsung duduk menuju kursi kosong. Beberapa menit kemudian, dosenku bertanya lagi.
“Nurhasanah, kamu sakit ya?” tanyanya penasaran dan heran
“Iya Pak, saya kurang enak badan.” Jawabku dengan ekspresi takut.
Aku pun lanjut menjawab soal UTS dengan konsentrasi penuh. Waktu 20 menit terasa sebentar sekali bila dihadapkan dengan soal UTS. Meskipun soalan yang diberikan semua telah dipelajari sebelumnya tapi menjawab soal dalam waktu sesingkat itu membuatku harus mengarang indah jawaban soalannya dan menguras seluruh imajinasiku untuk menjawab soal tersebut.
Setelah waktu habis, semua mengumpulkan jawaban masing-masing, begitu juga denganku meskipun datang terlambat tetap harus mengumpulkan juga. Aku tak peduli dengan jawabanku yang seadanya itu, sudah dapat mengikuti UTS saja merupakan anugerah besar bagiku.
Saat aku hendak keluar kelas, tiba-tiba dosenku memanggilku  dan menyuruhku mengemas lembar jawaban berdasarkan lembar tugas. Aku pun segera melaksanakannya. Beliau menanyakan tentang keterlambatanku. Sepertinya masih penasaran dengan keterlambatanku. Aku menjelaskan bahwa kondisiku kurang enak badan, sekali mau berangkat kuliah motorku rusak dan harus menunggu bus karena ketinggalan bus. Semua alasan yang kuberikan bohong. Astagfirullah batinku berucap tak sepantasnya aku bohong demi menutupi keteledoranku. Cukup sekali itu aku terlambat ke kampus sedemikian parah.  Hal ini menjadi pelajaran utama buatku untuk tidak terlambat lagi.

SEKIAN